Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Caryn McClelland, turut bermain dalam lakon “Jaka Berek Nglurug Taman Surya” bersama sejumlah pejabat pemkot yang tergabung dalam Kelompok Ludruk Urban yang dipentaskan di halaman Balai Kota Surabaya pada malam pergantian tahun baru, 31 Desember lalu. Dia memerankan karakter Mbokde Wongsodrono – yang tak lain adalah nenek Jaka Berek.
Dalam pementasan yang disaksikan langsung oleh kedua orang tuanya, Catherine dan Robert McClelland, itu dia muncul di Babak Kedua bersama Wakde Wongsodrono (Kabag Kepegawaian Pemkot, Purwito), Dewi Sangkrah (Novelis, Lan Fang), serta Jaka Berek (Aktor Ludruk RRI, Agus Kuprit). Dibandingkan dengan para lawan mainnya, Caryn tampak “kaku” selama di atas panggung. Tentu saja karena dia belum begitu fasih berbahasa Indonesia.
Di bawah panggung, diakuinya, penampilannya terkendala oleh penggunaan dialog campuran antara bahasa Jawa dan Indonesia yang tidak menentu. “Setiap latihan pasti dialognya berbeda. Saya tidak paham,” katanya.
Maklum, di negaranya tidak ada jenis drama yang nonkonseptual (tanpa naskah) seperti drama tradisional Ludruk yang memang asli berasal dari Jawa Timur ini. Drama yang dia kenal, sebagaimana yang lahir di Eropa dan Amerika, adalah konseptual – seluruh dialog para pemainnya tertulis dalam sebuah naskah. Sudah begitu, dia belum pernah menyaksikan pertunjukan ludruk sama sekali.
Dalam proses pementasan lakon yang ceritanya diambil dari salah satu legenda rakyat Surabaya ini, sebagaimana pementasan ludruk lainnya, seluruh pemain, termasuk Caryn, cuma disodori sinopsisnya saja – untuk dipelajari agar bisa mengarang dialognya sendiri-sendiri. Disediakan pula waktu latihan selama sepekan di Gedung Utama Balai Pemuda, 26 – 30 Desember. Namun, karena kesibukan pekerjaannya, Caryn hanya bisa hadir dua kali, yaitu di awal dan akhir latihan.
Selama absen, yang muncul di tempat latihan adalah sekretarisnya, Dijatri Arunahabsari. Alumnus Sastra Inggris dari IKIP Negeri Malang ini tampak serius selama menyaksikan jalannya latihan sambil mencoratcoretkan sesuatu ke dalam blocknote-nya. Kalau boleh meminjam istilah bagan dalam kerabat kerja Teater Modern, agaknya dia menjalankan fungsi sebagai Script Writer untuk peran Bu Konjen yang tidak bisa hadir latihan agar bisa tampil maksimal di hari pementasan.
Ditampik Dijatri, kedatangannya selama Caryn absen bukannya sebagai Script Writer. “Wah, keren sekali kalau memang iya,” katanya. “Tugas saya itu murni untuk menerangkan apa yang perlu Ibu Caryn tanyakan dan bukannya sebagai Script Writer,” tandasnya.
Dijabarkannya, dia hanya sedikit membantu untuk menterjemahkan jalan adegan/ cerita ke dalam Bahasa Inggris sebagai pegangan bagi kedua orang tua Caryn yang sejak awal telah dijadwalkan nonton di acara tahun baruan itu – dan juga untuk “Sang Aktris” itu sendiri. “Maksudnya agar mereka bisa mengikuti adegan demi adegan saja,” terangnya.
“Sayang sekali, karena sebetulnya jiwa dari ludruk itu adalah percakapannya. Sementara saya hanya bisa menceritakan secara lisan beberapa pesan lucunya percakapan yang dilontarkan dalam bentuk ‘parikan’ ke dalam bahasa Inggrisnya,” ungkapnya.Pada malam tahun baru itu, Dijatri tampak terpingkal-pingkal menyaksikan seluruh para pemain yang ternyata punya jurus sendiri-sendiri untuk membuat penonton terhibur. Dia mengaku senang sekali bisa mendapat kesempatan mengikuti seluruh proses pementasan Ludruk ini dari pertama kali latihan sampai pada hari H-nya. “Bu Caryn juga senang melihat penonton terhibur meskipun mungkin tidak mengerti hampir 90% dari keseluruhan percakapan (dialognya),” ujarnya. (nif)
Saturday, January 12, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment