Saturday, September 16, 2006

Ayam Pak Hasyim Tak Lagi Berkokok

Bukan Nahdlatul Ulama (NU) namanya kalau tidak pandai bikin anekdot. Joke yang dihasilkan bisa semakin lucu kalau mereka menyitir kebiasaan warga Nahdliyin itu sendiri – dan dilontarkan sendiri oleh petinggi NU tentunya. Tidak harus diciptakan dari Kantor Pusat PB NU Jl. Kramat, Jakarta. Dari kantor DPW NU Jatim yang berlokasi di Jl. Raya Darmo Surabaya pun bisa. Pokoknya segala sesuatu yang tampak aneh di NU (kantor mana pun) bisa dibuat jadi guyonan yang menyegarkan. Seperti di masa euforia pilpres yang baru saja usai, sesuatu yang dianggap aneh justru muncul dari Kantor DPW NU Jatim yang dikenal sebagai basis pendukung (mantan) pasangan capres Megawati Soekarnoputri –Hasyim Musyadi. Ini artinya anekdot baru bakal lahir dari kantor ini. Mau tahu apa yang aneh pasca pilpres dari kantor yang sampai sekarang masih dipimpin oleh Ali Maschan Musa ini? Yaitu keberadaan seekor ayam jantan disana. Ia datang sejak dua minggu menjelang pilpres berlangsung. Berarti sampai hari ini sudah sedikitnya satu bulan ia bertengger di sana. Lalu apa yang aneh dari ayam itu? “Ayam ini bukan sembarang ayam. Ia didatangkan atas pertimbangan matang seorang ‘suhu’. Tidak pentinglah siapa nama ‘suhu’ itu. Tapi menurut sang ‘suhu’, ayam ini dengan suara kokoknya bisa memantau perkembangan dukungan massa terhadap Mega-Hasyim, jagoan capres PW NU Jatim. Menurutnya, kalau ayam ini berkokok, berarti banyak orang sedang berpihak ke pasangan capres ini,” jelas seorang sumber di NU Jatim dengan nada serius. Entah sumber tadi ngawur atau tidak. Tapi setidaknya sejumlah sumber lain masih dari kantor NU membenarkan keterangan itu. Baiklah, langsung saja simak perkembangan suara pasangan Mega-Hasyim menurut pantauan suara kokok ayam hutan ini. “Yang jelas di awal-awal ayam ini berada di kantor NU, ia sering ngoceh. Nggak siang nggak malam ayam ini seperti ngomel-ngomel terus. Tapi, meski kuping ini brebekan mendengarnya, berhubung menurut sang suhu yang mendatangkan ayam ini bahwa suara yang dikeluarkan ayam itu berarti pertanda baik bagi pasangan Mega-Hasyim, maka kami langsung keplok-keplok,” tukas sumber lain masih dari kalangan kantor NU Jatim. Dan ayam jago itu terus berkaok-kaok hingga beberapa hari menjelang pilpres berlangsung. Orang-orang NU yang kesehariannya ngantor di sana, apalagi para pendukung berat pasangan Mega-Hasyim, langsung bertepuk tangan riuh (bahkan tidak pernah tidak) tiap kali ayam pembawa kabar itu bernyanyi. “Ironisnya, sehari menjelang pilpres kok ya ayam itu berhenti berkokok seharian penuh. Bahkan sampai keesokan harinya ayam itu tidak bersuara sama sekali. Para pendukung Mega-Hasyim yang kebanyakan pada hari itu berkumpul di PW NU juga sedih melihat ayam itu tak lagi berkokok. Tepuk tangan dari mereka yang biasanya mengiringi kokok ayam itu pun otomatis tak terdengar lagi,” jelas sumber tadi. “Lebih ironis lagi, sampai hari ini, orang-orang disini (kantor NU) – bahkan pendukung Mega-Hasyim – tak lagi keplok-keplok jika ayam itu berkokok. Sepertinya mereka tidak peduli lagi dengan keberadaan ayam ini,” tambahnya. Seperti yang telah ditetapkan sidang pleno KPU (3/10), Pasangan Mega-Hasyim akhirnya dinyatakan kalah dalam pilpres putara kedua. Pasangan ini hanya menang di empat provinsi (Bali, NTT, Kalbar dan Maluku) dengan total suara 44.865.944 atau 39,37%. Sementara rivalnya Susilo Bambang Yudhoyono – Jusuf Kalla menguasai provinsi lainnya dengan total suara 69.083.869. Terlepas benar tidaknya cerita soal ayam di atas terkait dengan informasi perolehan suara Mega-Hasyim, namanya juga anekdot, diperoleh keterangan bahwa yang membawa ayam itu untuk kemudian dijadikan hewan piaraan di Kantor PW NU adalah H. Ahmad Sujono. Ia adalah Wakil Sekertaris PW NU Jatim. “Benar saya yang membawa ayam itu kemari,” katanya ketika dikonfirmasi. “Saya dikasih orang. Yah, semacam souvenir begitulah,” terangnya. Adapun pihak yang memberi souvenir itu, Sujono tidak bersedia menyebut namanya. Ia hanya mengatakan bahwa orang itu adalah seorang Kiai dari Kangean. “Sebut saja Kiai Kangean,” katanya. Barangkali Kiai Kangean inilah yang disebut-sebut sebagai ‘suhu’ oleh sumber tadi. “Ayam itu asli diambil dari hutan di Kangean sana. Sebenarnya yang dijadikan maskot Jatim ya jenis ayam ini, Bekisar Kangean,” jelasnya menambakan. Sebenarnya, lanjut Sujono, ada dua ayam yang diberikan Kiai Kangean itu padanya. “Tapi yang satu lagi saya pelihara di rumah,” ujarnya. “Ayam ini makannya tidak sembarangan loh. Tiap hari harus dipakani jagung dan nasi hangat. Sementara minumnya harus hemaviton,” terangnya. “Dengan demikian suaranya bisa melengkung,” tambahnya. Tapi Sujono menolak anggapan bahwa kehadiran ayam dari Hutan Kangean di PW NU ini terkait untuk memantau kemenangan (mantan) pasangan capres Mega-Hasyim lewat suara kokoknya. Soal tidak berkokoknya ayam bekisar ini pas di hari H pilpres 20 September lalu, Sujono berasumsi karena yang ngopeni ayam itu di kantor ini telat ngasih makan saja. Selanjutnya ia mengatakan bahwa keterangan yang diuangkap beberapa sumber diatas tadi hanyalah anekdot baru lainnya yang kembali muncul dari kalangan NU. (nif)

No comments: