Saturday, September 16, 2006

Masyarakat Australia Perlu Berpandangan Luas

Mahasiswi dari Australia National University, Jemma Parsons (23 tahun), berbicara dalam suatu acara renungan yang digelar oleh Komunitas Bangbang Wetan, di Surabaya, Selasa malam (5/9). Pada kesempatan itu, dia mengungkapkan bahwa saat ini universitas-universitas serta beberapa lembaga dan gereja di Australia sedang sibuk berupaya meluruskan tentang Islam kepada masyarakat setempat. Sepengetahuan Jemma, tentang alasan sebagian besar masyarakat Australia sangat membenci islam, seperti disampaikannya pada malam itu, lebih disebabkan oleh karena kebanyakan dari mereka hanya sebatas mengetahui Islam (di Indonesia) dari pemberitaan di surat kabar belaka. Kira-kira sejak peristiwa Bom Bali pada tahun 2002 silam yang menewaskan sedikitnya 200 warga Australia, koran-koran yang terbit di Negeri Kanguru itu seakan serempak berlomba-lomba memberitakan miring tentang (umat) Islam di Indonesia. “Kebanyakan masyarakat Australia yang tidak pernah berkunjung ke Indonesia terpengaruh dengan pemberitaan di koran-koran itu,” terang Jemma. Dari pemberitaan koran-koran tersebut agaknya kemudian sukses membentuk opini pada publik Australia bahwa seluruh umat Islam di Indonesia adalah teroris. “Saya pikir masyarakat Australia perlu terbuka pandangannya agar lebih luas lagi dalam menelan informasi yang dibacanya dari surat kabar,” demikian Jemma. Barangkali karena itu beberapa lembaga, universitas, serta gereja di Australia kemudian saat ini sedang berupaya meluruskan pemahaman tentang Islam. Dalam upaya itu, salah satu cara yang ditempuh, adalah dengan mengundang beberapa tokoh dari Indonesia untuk berbicara langsung tentang Islam di depan publik Australia. Seperti, salah satu contohnya, pada bulan lalu mereka mengundang budayawan, Emha Ainun Nadjib. Budayawan yang di Indonesia akrab disapa Cak Nun itu pada bulan lalu berbicara di enam forum gereja yang semuanya terletak di Ibukota Australia, Melbourne. Selain itu, Cak Nun juga bekesempatan bicara dalam suatu forum yang digelar di Australia National University, yang masih terletak di Kota Melbourne. Ketika Cak Nun berbicara di Australia National University itu, Jemma bertindak sebagai moderatornya. Kepada bule-bule Aussie dalam forum-forum yang dihadirinya itu, Cak Nun, yang di Indonesia sempat mendapat julukan Kiai Mbeling, menyampaikan bahwa 98% orang Indonesia tidak ada masalah dengan orang Barat. Ditegaskan pula oleh Cak Nun kepada mereka, bahwa jika pemerintah Australia serius mau menjalin hubungan dengan Indonesia, seharusnya membentuk tim yang obyektif untuk melihat Islam di Indonesia. Diharapkan dengan menggelar forum-forum seperti yang dihadiri Cak Nun di Kota Melbourne itu setidaknya nantinya bisa meluruskan Trial by the Press yang sudah kadung dikobarkan oleh koran-koran di Australia tentang (umat) Islam di Indonesia. Seperti diketahui, masalah terorisme, terlebih semenjak pecah peristiwa Bom Bali, hingga peledakan di Kedutaan Besar Australia di Jakarta beberapa waktu lalu, sempat memicu ketegangan hubungan bilateral antara Pemerintah Indonesia dan Australia. Di antaranya, sikap pemerintah Australia yang dinilai mengintervensi penegakan hukum, utamanya dalam berlangsungnya peradilan Abu Bakar Baasyir, beberapa waktu lalu, sempat membuat berang masyarakat Indonesia. (nif)

No comments: