Saturday, September 16, 2006

Orang-Orang pun Bertanya Siapa Sidiq Martowidjoyo

Kolektor lukisan asal Magelang, Jawa Tengah, yang kini barangkali boleh juga disebut sebagai pengamat seni rupa, dr. Oei Hong Djien, muncul di Surabaya. Tepatnya di Gracia Art Gallery, Jl. Raya Bukit Darmo 29, pada selasa malam (21/3). Dia didaulat untuk membuka acara pameran lukisan di sana. Sebagai sosok yang berpengalaman –telah malang melintang berburu lukisan selama bertahun-tahun– kedatangan Hong Djien cukup menarik kehadiran banyak kolektor pada acara pembukaan lukisan yang sebagian besar diikuti oleh perupa asal Bandung dan sedikit dari Surabaya di malam itu. Djien memang lebih dikenal sebagai pengamat seni rupa ketimbang sebagai dokter. Maklum, dia telah menyelami seluk beluk seni rupa dari berbagai perupa dan kolektor di berbagai belahan bumi dalam upayanya berburu lukisan sejak masa remaja. Dia telah menjalani aktivitas ini sejak masih kuliah di FK UI di awal tahun 1970-an silam. Dari situlah jaringan yang luas dengan berbagai perupa, kolektor dan pemilik galeri, baik dari dalam maupun luar negeri, kini dikuasainya. Keasikannya ini membuat Hong Djien yang sempat bekerja sebagai tester tembakau di salah satu pabrik rokok di Jawa Tengah itu kemudian memilih untuk eksis di bidang seni rupa dan menggeletakkan title dokternya begitu saja. Dari berbagai pengalaman yang dilaluinya inilah Hong Djien memiliki sense tersendiri terhadap karya seni rupa. Lebih dari itu, kini ungkapan apresiasinya terhadap karya seni rupa bahkan banyak ditunggu oleh para kolektor maupun oleh para pelukis itu sendiri. Di bidang ini, Hong Djien sekarang sudah diakui sebagai ‘Empu’. Oleh karena itu, apapun yang dilontarkan Hong Djien terhadap suatu karya lukisan bisa sekaligus sangat menentukan harga jualnya. Dampaknya, jika dia memuji suatu karya lukisan, meski berapapun nantinya harga yang dipatok oleh pelukisnya, sudah pasti akan tetap diburu oleh para kolektor. Dalam kaitannya dengan itu, di mana belakangan ini minat mengoleksi lukisan yang awalnya sebagai hobby sudah berkembang menjadi gaya hidup bagi orang kaya, maka beruntunglah para perupa yang karyanya dipuji oleh Hong Djien. Sebaliknya, menangislah para perupa yang karyanya dicibir Hong Djien. Barangkali karena itu, dalam kesempatan di Gracia Art Gallery, orang-orang pun, terlebih para kolektor dan pelukis, langsung khusuk begitu Hong Djien mulai melontarkan kata-kata sambutannya. Malam itu, Hong Djien menekankan pidatonya tentang minimnya pelukis Indonesia yang bisa menembus pasar dunia. Jika dibandingkan dengan Cina, yang menurut Hong Djien merupakan barometer pasar seni lukis Asia, pelukis Indonesia bisa dibilang tidak ada apa-apanya. “Hampir setiap bulan Cina selalu melahirkan pelukis baru yang diundang untuk memamerkan karyanya di salah satu galeri di kota New York, Amerika Serikat. Sementara pelukis kita, sejak era Orde Baru hingga sekarang, bahkan boleh dibilang tak ada satu pun yang mampu menerobos masuk dalam bursa seni rupa dunia,” begitu kira-kira Hong Djien. Tapi untungnya, Hong Djien menambahkan, ternyata masih ada pelukis Indonesia yang mampu menembus kebuntuan ini. “Bulan lalu saya menjumpai karyanya dipamerkan di salah satu galeri di Cina. Lukisannya bagus sekali. Yaitu tentang kaligrafi Cina. Kalau tidak ada halangan, rencananya dalam waktu dekat, dengan rekomendasi dari galeri di Cina yang memamerkan karyanya itu, dia dijadwalkan untuk berpameran di New York,” terangnya. Menurut Hong Djien, pelukis yang dimaksudnya ini sebenarnya sudah lama melukis namun mengaku sengaja tidak pernah keluar (maksudnya berpameran di tanah air, red) selama masa pemerintahan Orde Baru. Sebab rezim Orde Baru ketika itu terkenal sangat represif terhadap karya-karya yang berbau Cina. “Adapun nama pelukisnya adalah Sidiq Martowidjoyo. Dia berasal dari Jogjakarta,” tandasnya seraya mempromosikan pelukis yang baru saja diceritakannya ini. Sontak orang-orang yang hadir di Gracia Art Gallery pada malam itu langsung bertanya-tanya tentang siapa Sidiq Martowidjoyo dan seperti apa karyanya. Terlebih nama pelukis tersebut tidak turut serta dalam pameran yang dijadwalkan berlangsung selama sebulan (21 April – 21 Mei 2006) di Gracia Art Gallery itu. Namun demikian, sudah dapat dipastikan sejak malam itu pun para kolektor yang hadir di sana akan langsung berlomba untuk berburu segala lukisan yang berbau Sidiq Martowidjoyo seperti yang telah disebut-sebut oleh sang ‘Empu’ Hong Djien tadi. (nif)

No comments: